Selasa, 25 Maret 2014

Kampungku

KAMPUNGKU
Hampir setahun saya hidup di Makassar ini layaknya orang kota. Yah, walaupun saya ini hanyalah anak kampong. Tapi siapa juga yang mau dibilang sebagai orang kota, aku lebih suka tinggal di kampong kesayanganku itu. Tapi yang lebih parahnya lagi temanku bilang kalau aku ini orang jawa, lebih-lebih dosen. Mungkin karena logatku yang tidak sama dengan mereka, karena aku lebih suka menjunjung tinggi kebudayaanku sendiri daripada harus ikut-ikutaan berlogat Makassar.
Aku ini hanyalah anak kampong yang merantau dari Bima, yang rela mengarungi laut, melewati pulau-pulau, gunung-gunung, meninggalkan kampungku tercinta, dan orang-orang yang kusayangi hanya untuk melanjutkan studyku. Ya biasalah zaman sekarang susah sekali mendapatkan pekerjaan, seperti terinspirasi dari lirik lagunya Iwan Fals (Sarjana Muda).
Kembali saya ingat akan kampungku tercinta.  Tempat aku dilahirkan, tempat aku mendapat kasih sayang dari orang-orang yang aku sayangi, tempat aku berbagi bersama teman-teman, tapi semuanya telah hilang nyaris tak kudapatkan lagi. Semuanya telah pergi meninggalkan aku. Terhalangi oleh jarak yang sangat jauh. Seakan diri ini telah berbuat kesalahan besar yang tidak termaafkan. Ingin rasanya aku berteriak melampiaskan semuanya, namun lidahku kelu dan kaku terbebani semua itu.
Oh.. semuanya,, aku kangen sama kalian. Rasanya ingin pilang kampong sekarang. Agar kerindiuanku ini hilang, sirna dan tidak bersarang lagi menyelimuti jiwa ini. Namun semuanya itu harus aku pendam, karena untuk sekarang kumasih menjalani masa-masa kuliahku. Dan hanya lewat mimpilah aku bisa melihat wajah kalian.
Ayah… aku rindu akan sosokmu yang tegar dan semangat. Aku rindu pergi ke sawah menuai padi milik kita. Meski terkadang diri ini dimaki-maki, dimarah-marahi, tapi ku tau itu semua merupakan yang terbaik bagiku. Dan aku rindu akan semua itu.
Ibu… kasih sayangmu begitu besar padaku, tak mungkin bisa aku balas. Aku rindu akan kasih sayangmu dan pelukanmu saat diri ini sakit dan lemah tak berdaya. Kasih sayang yang begitu besar rela engkau curahkan pada anakmu yang sering menjengkelkan dan membuat hatimu marah. Kini anakmu telah beranjak dewasa, sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Dan kini kuharapkan kepada ibu untuk bisa menjaga dirimu, selalu  tegar dan semangat.
Kakakku… aku rindu akan dukungan-dukungan dan nasehatmu. Semoga aku bisa menjadi yang terbaik seperti yang diharapkan. Aku juga rindu waktu bikin jajan bunga, apalagi memakannya. Aku rindu akan semuanya.
Adek-adekku… waktu diri ini lemah, lelah dan bosan akan semuanya. Kalian datang membawakan keceriaan. Bercanda bersama, tertawa bersama. Dan harapanku jadilah anak yang patut pada orang tua, dan buatlah orang menjadi senang, agar banyak yang menyayangi kalian. Petualang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar